Jumat, 29 Agustus 2014

Cinta Seharusnya...

Disaat dua insan yang sedang dibakar api cinta. Ketika keduanya merasa dunia hanya milik berdua. Saat semua terasa begitu indah, angan-angan tentang masa depan mulai hadir di antara mereka. Ya, seringkali sepasang kekasih selalu berkeinginan, berharap, dan berangan-angan kalau kelak mereka akan hidup bersama. Semua yang direncanakan terasa begitu indah dan menyenangkan. Namun, semua itu tidak bisa didapatkan secara instant. Belum tentu apa yang kita impikan bersama bisa terwujud kemudian hari. Belum tentu keluarga orang yang kita puja mau menerima kita. Belum tentu kita mendapat restu dari orang tua. Belum tentu takdir mengijinkan kita untuk membangun mimpi-mimpi kita dengannya. Tidak selayaknya kita bermimpi terlalu muluk-muluk, terlalu tinggi, dan akhirnya terhempas. Ingat siapa kita, latar belakang kita, perjalanan kita. Apalagi di usia sekolah yang masih punya perjalanan panjang yang dengan tegas menanti kita di masa depan. Tidak semua orang tua memberi kebebasan bagi buah hatinya untuk memikirkan soal asmara di masa sekolah. Mereka ingin anaknya untuk fokus hanya pada satu tujuan yang harus dicapai putra-putrinya. Maka apa yang seharusnya kita lakukan kalau kita jatuh hati pada seorang lelaki yang orang tuanya sedikit membatasi orang terkasih kita untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat? Semua orang tua pasti mempunyai cita-cita yang sama untuk anak-anaknya. Mereka ingin melihat hasil buah cintanya menjadi seorang yang sukses. Maka apabila sudah seperti itu, jalani hubungan yang telah terlanjur kita jalin bersamanya dengan sewajarnya saja. Agar tidak terlalu sakit kalau seandainya kita terjatuh dan terbangun dari mimpi-mimpi kita nantinya.

Minggu, 24 Agustus 2014

Teman Hidup

Tak bisa dipungkiri bahwa manusia hidup sebagai makhluk sosial. Tuhan menciptakan kita berpasang-pasangan. Untuk saling melengkapi satu sama lain, menutup kekurangan pasangannya dengan kelebihan yang kita miliki. Untuk saling mengerti dan memahami. Menemani disaat senang, sedih, dan susah. Namun tidak semua orang bisa seperti itu. Banyak orang yang hanya memakai topeng indah utnuk menutupi kekurangannya yang lebih buruk. Mereka itu orang-orang yang mau menemani kita disaat kita senang, tetapi menghilang disaat kita dalam keadaan terpuruk. 
Aku sangat bersyukur Tuhan telah memberiku teman hidup yang bersedia menemaniku disaat terpurukku sekalipun. Yang selalu memberiku semangat dan mampu membuatku tenang di tengah isak tangisku. Meski sesibuk apapun dia saat ini, dia rela meluangkan waktunya untuk mengantarku ke rumah sakit dan menemaniku. Nikmat dari Tuhan apalagi yang harus aku dustakan kalau seperti ini? Sungguh tidak ada hal lain yang aku inginkan selain itu. Terimakasih untuk semua yang kamu berikan untukku. Bukan quantity, tapi quality.